halaman pertama

Rabu, 29 September 2010

TB PARU

BAB IRata Penuh
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.
Di Indonesia khususnya, Penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru diantaranya 140.000 menyebabkan kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara terbesar ketiga didunia dalam masalah penyakit TBC ini.
Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit TB Paru
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit TB Paru
3. Untuk mengetahui distribusi dan reservoir penyakit TB Paru
4. Untuk mengetahui cara penularan penyakit TB Paru
5. Untuk mengetahui masa inkubasi penyakit TB Paru
6. Untuk mengetahui masa penularan penyakit TB Paru
7. Untuk mengetahui kerentanan dan kekebalan penyakit TB Paru
8. Untuk mengetahui cara pemberantasan atau pencegahan penyakit TB Paru
9. Untuk mengetahui cara pengobatan dan pemerikasaan penunjang



C. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi tentang penyakit TB Paru kepada masyarakat agar mengerti tentang bahaya penyakit TB Paru sehingga dapat melakukan pencegahan secara mandiri.
2. Bagi Institusi
Menambah bahan kepustakaan pada institusi sehingga akan menjadi alernativ referensi buku bacaan.
3. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam menulis ilmiah serta menambah wawasan pengetahuan tentang penyakit TB Paru





















BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyakit TB Paru
TB paru atau Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan olek Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru - paru. Selain itu, TBC dapat juga menyerang kulit, kelenjar limfe, tulang, dan selaput otak. TBC menular melalui droplet infeksius yang terinhalasi oleh orang sehat. Pada sedikit kasus, TBC juga ditularkan melalui susu. Pada keadaan yang terakhir ini, bakteri yang berperan adalah Mycobacterium bovis.
TBC dalam hal ini TB paru merupakan salah satu penyakit yang sangat infeksius. Seorang penderita TB paru dapat menularkan penyakit kepada 10 orang disekitarnya. Menurut WHO sendiri saat ini sudah sekitar 1/3 penduduk dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Kabar baiknya tidak semua orang yang terinfeksi akan menderita TB paru, namun bukan berarti orang tersebut tidak dapat menularkan penyakit TB paru.
Penderita TBC akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti batuk berdahak kronis, demam subfebril, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak napas, nyeri dada, dan penurunan nafsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas penderita bahkan kematian.
a. Gejala Umum :
o Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih
b. Gejala lain yang sering dijumpai :
o Dahak bercampur darah
o Batuk darah
o Sesak nafas dan rasa nyeri dada
o Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari satu bulan.
Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit paru selain TBC. Oleh sebab itu orang yang datang dengan gejala diatas harus dianggap sebagai seorang “suspek tuberkulosis” atau tersangka penderita TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Selain itu, semua kontak penderita TB Paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.

B. Penyebab Penyakit TB Paru
Penyakit TB paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).
Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat dorman selama beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari penderita TB BTA positif kepada orang yang berada disekitarnya, terutama yang kontak erat.

C. Distribusi dan Reservoir Penyakit TB Paru
Penyakit TB paru tersebar di seluruh dunia. Pada awalnya di negara industri, penyakit tuberkulosis menunjukan kecenderungan yang menurun baik mortalitas maupun morbiditas. Namun di akhir tahun 1980an jumlah kasusnya meningkat di daerah yang prevalensi HIV-nya tinggi dan di daerah yang dihuni oleh pendatang yang berasal dari daerah yang prevalensi TB tinggi. Mortalitas dan morbiditas meningkat sesuai dengan umur, pada orang dewasa lebih tinggi pada laki – laki.
Sedangkan pada umumnya manusia adalah sebagai reservoir dari bakteri penyebab penyakit TB paru. Jarang sekali ditemukan Micobacterium tuberculosis di binatang.
D. Cara Penularan Penyakit TB Paru
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.



Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

E. Masa Inkubasi Penyakit TB Paru
Mulai saat masuknya bibit penyakit sampai tmbulnya gejala adanya lesi primer atau reaksi tes tuberculin positif kira – memakan waktu 2 – 10 minggu. Resio menjadi TB pau atau TB ekstrapulmoner progesif setelah infeksi primer biasanya terjadi pada tahun pertama dan kedua. Infeksi laten dapat berlangsung seumur hidup. Infeksi HIV dapat meningkatkan resiko terhadap infeksi TB dan memperpendek masa inkubasi.

F. Masa Penularan Penyakit TB Paru
Secara teoritis penderita tetap menularkan penyakit ini sepanjang ditemukan basil TB di dalam sputum mereka. Penyakit yang tidak diobati atau yang diobati tidak sempurna pada dahaknya mengandung basil TB selama bertahun – tahun. Tingkat penularan sangat bergantung pada hal – hala sebagai berikut
1. Jumlah basil TB yang dikeluarkan
2. Virulensi dari basil TB
3. Terpajannya basil TB dengan sinar ultraviolet.
4. Terjadinya aerosolisasi pada saat batuk, bersin, bicara atau pada saat bernanyi.
5. Tindakan medis dengan resiko tinggi seperti pada waktu otopsi, intubasi atau pada waktu melakukan bronkoskopi.
Pemberian OAT yang efektif mencegah terjadinya penularan dalam beberapa minggu paling tidak dalam lingkungan rumah tangga. Anak-anak dengan TB primer biasanya tidak menular.

G. Kerentanan dan Kekebalan Penyakit TB Paru
Risiko terinfeksi dengan basil TB berhubungan langsung dengan tingkat pajanan dan tidak ada hubungan dengan faktor keturunan atau faktor lainnya pada penjamu. Periode yang paling kritis timbulanya gejala klinis adalah 6-12 bulan setelah infeksi. Resiko untuk menjadi sakit paling tinggi adalah usia dibawah 3 tahun dan paling rendah pada usia akhir masa kanak-kanak dan resiko meningkat lagi pada usia adolesen dan dewasa muda serta usia tua pada penderita dengan kelainan sistem imunitas. Reaktifasi dari infeksi laten yang berlangsung lama sebagian besar terjadi pada penderiat TB lebih tua. Untuk mereka yang terinfeksi oleh basil TB kemungkinan menjadi TB klinis pada penderita HIV/AIDS, mereka dengan kelainan sistem imunitas, mereka dengan berat badan rendah dan kekurangan gizi, penderita dengan penyakit kronis seperti gagal ginjal kronis, penderita kanker, silikosis, diabetes, postgastrektomi, pemakaian NAPZA. Orang dewasa dengan TB laten yang juga disertai dengan infeksi HIV kemungkinan untuk menderita TB klinis selama hidupnya berkisar antara 10% sampai dengan 60-80%.

H. Cara Pemberantasan atau Pencegahan Penyakit TB Paru
Berikut adalah cara pencegahan penyakit TB Paru.
• Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak anak masih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.
• Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi penularan.
• Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak
• Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.
• Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.
• Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.
I. Cara Perawatan dan Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium)
Obat untuk TBC berbentuk paket selama 6 bulan yang harus dimakan setiap hari tanpa terputus. Bila penderita berhenti ditengah pengobatan maka pengobatan harus diulang lagi dari awal, untuk itu maka dikenal istilah PMO (pengawas minum obat) yaitu adannya orang lain yang dikenal baik oleh penderita maupun petugas kesehatan (biasanya keluarga pasien) yang bertugas untuk menngawasi dan memastikan penderita meminum obatnya secara teratur setiap hari. Pada 2 bulan pertama obat diminum setiap hari sedangkan pada 4 bulan berikutnya obat diminum selang sehari. Regimen yang ada antara lain : INH, Pirazinamid, Rifampicin, Ethambutol, Streptomisin.
Yang dapat dilakukan:
• Konsultasi ke dokter.
• Minumlah obat anti tuberkulosa, sesuai nasihat dokter secara teratur, dan jangan menghentikan pengobatan tanpa sepengetahuan dokter, karena kan mendorong kuman jadi kebal terhadap pengobatan anti tuberkulosa. Biasanya penyembuhan paling cepat sekitar 6-9 bulan kalau minum obat secara teratur.
• Makanlah makanan bergizi.
• Menyederhanakan cara hidup sehari-hari agar tidak menyebabkan stres dan banyak istirahat terutama di tempat berventilasi baik.
• Menghentikan merokok, bila anda perokok.
Tindakan dokter terhadap penderita
• Memastikan diagnosa melalui pemeriksaan dahak, pemeriksaan rontgen dada atau pada temapat lain yang disesuaikan keperluan, pemeriksaan darah dan kadar gula darah.
• Memberi resep obat-obat anti TB.
• Menganjurkan anda untuk masuk rumah sakit bila dipandang perlu, dengan tujuan memulihkan kesehatan dan istirahat, agar melampaui saat gawat selesai.
• Melakukan operasi
Pemeriksaan Penunjang
• Tuberculin skin testing
Dilakukan dengan menginjeksikan secara intracutaneous 0.1ml Tween-stabilized liquid PPD pada bagian punggung atau dorsal dari lengan bawah. Dalam wkatu 48 – 72 jama, area yang menonjol (indurasi), bukan eritema, diukur. Ukuran tes Mantoux ini sebesar 5mm diinterpretasikan positif pada kasus-kasus :
1. Individu yang memiliki atau dicurigai terinfeksi HIV
2. Memiliki kontak yang erat dengan penderita TBC yang infeksius
3. Individu dengan rontgen dada yang abnormal yang mengindikasikan gambaran proses penyembuhan TBC yang lama, yang sebelumnya tidak mendpatkan terapo OAT yang adekuat
4. Individu yang menggunakan Narkoba dan status HIV-ny tidak diketahui
Sedangkan ukuran 10mm uji tuberculin, dianggap positif biasanya pada kasus-kasus seperti :
1. Individu dengan kondisi kesehatan tertentu, kecuali penderita HIV
2. Individu yang menggunakan Narkoba (jika status HIV-ny negative)
3. Tidak mendapatkan pelayanan kesehatan, populasi denganpendapatan yang rendah, termasuk kelompok ras dan etnik yang beresiko tinggi
4. Penderita yang lama mondokdirumah sakit
5. Anak kecil yang berusi kurang dari 4 tahun
Uji ini sekarang sudah tidak dianjurkan dipakai,karena uji ini haya menunjukkan ada tidaknya antibodi anti TBC pada seseorang, sedangkan menurut penelitian, 80% penduduk indosia sudah pernah terpapar intigen TBC, walaupun tidak bermanifestasi, sehingga akan banyak memberikan false positif.
• Pemeriksaan radiologis
1. Adanya infeksi primer digambarkan dengan nodul terkalsifikasi pada bagian perifer paru dengan kalsifikasi dari limfe nodus hilus
2. Sedangkan proses reaktifasi TB akan memberikan gambaran :
a) Nekrosis
b) Cavitasi (terutama tampak pada foto posisi apical lordotik)
c) Fibrosis dan retraksi region hilus
d) Bronchopneumonia
e) Infiltrate interstitial
f) Pola milier
g) Gambaran diatas juga merupakan gambaran dari TB primer lanjut
3. TB pleurisy, memberikan gambaran efusi pleura yang biasanya terjadi secara massif
4. Aktivitas dari kuman TB tidak bisa hanya ditegakkan hanya dengan 1 kali pemeriksaan rontgen dada, tapi harus dilakukan serial rontgen dada. Tidak hanya melihat apakah penyakit tersebut dalam proses progesi atau regresi.
• Pemeriksaan darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang-kadang meragukan, tidak sensitif, tidak juga spesifik. Pada saat TB baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih dibwah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Jika penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal, dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi. Bisa juga didapatkan anemia ringan dengan gambaran normokron dan normositer, gama globulin meningkat dan kadar natrium darah menurun.
• Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting, karena dengan ditemukannnya kuman BA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Kriteria BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan.


BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. TB paru atau Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan olek Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru – paru.
2. Penyebab penyakit TB paru adalah Mycobacterium tuberculosis yang berbentuk basil dan memiliki sifat tahan asam.
3. Penyakit TB Paru tersebar hampir diseluruh dunia, sedangkan reservoir dari penyakit ini adalah manusia.
4. Cara penularan penyakit TB Paru adalah melalui udara yang tercemar oleh Micobacterium tuberculosis yang keluar saat penderita TB Paru batuk.
5. Masa inkubasi TB Paru di mulai saat masuknya bibit penyakit sampai tmbulnya gejala adanya lesi primer atau reaksi tes tuberculin positif kira – memakan waktu 2 – 10 minggu.
6. Secara teoritis seseorang yang telah terinfeksi mycobacterium tuberculosis akan terus menularkan penyakit TB Paru selama masih ditemukan sputum pada darah penderita.
7. Oarng yang paling rentan adalah pada anak usia dibawah 3 tahun serta pada usia adolesen dan dewasa muda serta usia tua pada penderita dengan kelainan sistem imunitas.
8. Cara pemberantasan dan pencegahan yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan cara imunisasi BCG serta dengan tekun melakukan PMO.
9. Cara penobatan dalah dengan rutin mengkonsumsi antibiotik yang telah diberikan oleh dokter. Sedangkan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain tes tuberkulin, pemeriksaan sputum, tes darah dan pemeriksaan radiologis.


B. Saran
1. Hendaknya seorang yang baru lahir langsung diberikan vaksin BCG guna memberikan kekebalan terhadap penyakit TB Paru.
2. Seseorang yang telah terinfeksi agent hendaknya selalu memeriksakan diri dan tidak berhenti untuk meminum obat sampai habis.
3. Jaga lingkungan terutama rumah agar selalu bersih dan sinar matahari agar agent TB paru mati, hal ini dikarenakan Mycobacterium tuberculosis akan cepat mati setelah terpapar sinar UV walaupun sebentar.























DAFTAR PUSTAKA
kapita selekta kedokteran edisi III, media aesculapius, jakarta, 2000
http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan/264-tuberculosis-paru-tb-paru.html (11 sep 2010 sabtu 19.47)
Chin, James. 2006. MANUAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR. Jakarta : Info Medika.

Selasa, 29 Juni 2010

ARGENTINA vs JERMAN

Merupakan duel ulangan piala dunia 2006 di Jerman. Banyak orang bilang ini adalah final kepagian, dan memang benar soalnya kedua tim adalah favorit juara ditanah Afrika Selatan.
kedua tim memiliki team yang sama bagusnya, namun siapa yang lebih beruntung dapat kita simak di layar kaca RCTI pukul 21.00 wib pada hari sabtu 3 Juli 2010.
Jerman memiliki pemain - pemain muda yang sudah teruji dan ingin menunjukan kebolehannya ke seluruh dunia. Fisik mereka serta semangat ala bavarian adalah modal yang bagus. Namun bukan berarti mereka tanpa kekurangan, minimnya pemain yang menjadi motivator semisal Ballack serta ketidak stabilan mereka dapat menjadi celah.
Argentina adalah tim yang bagus, mereka memiliki barisan depan yang mematikan serta penguasa lapangan tengah yang baik. Messi adalah otak penerus serangan yang di banguna oleh veron sedang Higuain dan tevez adalah penyelesai yang baik. Namun fisik mereka kurang baik apabila dibandingkan dengan Jerman serta barisan bek yang belum teruji dapat menjdai celah.
So, siapa yang lebih unggul kita nantikan saja

Kamis, 17 Juni 2010

Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah suatu yang mutlak adanya disetiap industri. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi para pekerja dari gangguan atau resiko kerja yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja yang memungkinkan terjadinya penyakit akibat kerja.

Sabtu, 13 Maret 2010

MAKALAH HYPERKES
PENGERTIAN DAN PERBEDAAN ANTARA
EFEK AKUT DENGAN EFEK KRONIS








Disusun Oleh :
AKHMAD WINDARTO P17433108004

DEPARTEMEN KESEHATAN RI
POLTEKKES DEPKES SEMARANG
JURUSAN KESHETAN LINGKUNGAN
PURWOKERTO
2010
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kami ucapkan atas rahmat dan kasih sayang Nya yang telah memberikan segala kenikmatan sehingga terselesaikannya makalah ini. Shalawat serta salam juga tidak lupa selalu tercurah kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, semoga kelak kita mendapatkan safa’at Beliau dihari kiamta nanti.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang tururt membantu dalam penulisan makalah ini. Selain dari itu semoga makalah ini bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan kepada para pembaca pada umumnya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak lah sempurna. Demi kemajuan pada penulisan yang akan datang maka penulis sangat berkenan apabila ada kritik dan saran dari para pembaca.
Terimakasih.



Penulis






DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………. 1
B. Tujuan……………………………………………………….. 2
C. Manfaat…………………………………................................ 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Efek Akut. ...............................................……..... 3
B. Pengertian Efek Kronis….………………………….……..… 4
C. Perbedaan Efek Akut dengan
Efek Kronis…………………………………………………. 5
BAB III : PENUTUP
A. Simpulan……………………………………………………. 6
B. Saran…………………………………………………...…… 6
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan sebagai mahluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Memiliki kelebihan akal dan juga hati nurani untuk menentukan apa yang akan diperbuat. Bumi dan alam raya beserta isinya telah diberikan secara nyata oleh Allah kepada manusia demi memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tidak ada yang kurang kecuali pada sifat tamak dan rakus.
Selain diberi untuk kehidupan manusia, bumi ini juga merupakan titipan yang harus diolah, dirawat dan dijaga keseimbangannya sehingga manfaatnya akan terus dapat dirasakan secara berkesinambungan. Dalam mengelola bumi ini manusia diberikan kebebasan seluas-luasnya tapi harus dengan kendali. Salah satu cara manusia memanfaatkan bumi adalah dengan melakukan perindustrian untuk mengolah hasil – hasil bumi demi kesejahteraan manusia.
Dalam kegiatan industri telah dibuat suatu prosedur bagaimana mengoperasikan alat ataupun penggunaan bahan kimia secara benar. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi efek negative dalam lingkungan kerja. Akan tetapi tidak semuanya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, adakalanya terjadi suatu kesalahan baik sengaja ataupun tidak sengaja yang nantinya dapat menimbulkan atau mengakibatkan efek akut ataupun efek kronis.
Apa sich efek akut dan efek kronis? Lalu apa pula perbedaan kedua efek tersebut? Pertanyaan ini sering muncul dalam hal layak umum. Terdapat kerancuan ataupun ketidak tahuan makna sehingga sering terjadi kesalahan persepsi dan cara pandang. Untuk itu makalah ini disusun dengan maksud untuk memeberikan pemahaman tentang efek akut dan kronis serta perbedaan keduanya terutama dalam bidang kesehatan. Semoga penjelasan pada bab – bab selanjutunya dapat menjawab pertanyaan diatas.

B. Tujuan
• Untuk mengetahui pengertian efek akut.
• Untuk mengetahui pengertian efek kronis.
• Unutk mengetahui perbedaan antara efek akut dengan efek kronis.
C. Manfaat
• Mengetahui pengertian efek akut.
• Mengetahui pengertian efek kronis.
• Mengetahui perbedaan antara efek akut dengan efek kronis.
























BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Efek Akut
Menurut KBBI, akut diartikan “timbul secara mendadak dan cepat memburuk”. Sementara itu dalam kamus kedokteran akut berasal dari bahasa Inggris “acute’ dan dalam bahasa Latin “acutus” yang berarti mendadak atau penyakit yang dating secara mendadak dan berkelanjutan singkat serta gawat.
Jadi bila kita merujuk dari pengertian di atas akut dapat diartikan sebagai kondisi atau keadaan berupa penyakit yang datang secara mendadak yang diakibatkan zat kimia berbahaya, mikroba pathogen ataupun bahan racun yang memapar tubuh manusia dan langsung mencapai organ – organ vital ataupun system – system pada tubuh manusia.
Keadaan akut dapat terjadi karena adanya paparan suatu bahan kimia berbahaya baik itu melalui jalan makanan, pernapasan ataupun kontak tubuh dengan dosis yang sangat tinggi sehingga tubuh tidak sanggung menanggung beban pemaparan yang terjadi. Untuk dapat menimbulkan keadaan akut suatu bahan kimia yang memapar tubuh manusia tidak memerlukan intensitas ataupun frekuensi yang banyak, hanya dengan satu kali pemaparan dapat mengakibatkan keadaan timbulnya gejala penyakit ataupun gejala medis lainnya.
Meskipun efek akut dapat langsung menimbulkan gejala pada tenaga kerja dan terkadang membahayakan (keracunan, pingsan bahakan kematian), namun hal ini dapat menjadi keunggulan karena bila ada satu orang yang terjadi penyakit akut akibat kerja, maka pihak perusahaan dapat dengan segera mencegah meluasnya penyebab kejadian akut tersebut sehingga banyak jiwa yang tertolong.




B. Pengertian Efek Kronis
Kata kronis dalam KBBI berarti “berjangkit terus dalam waktu yang lama menahun dan tidak sembuh – sembuh”. sementara dalam kamus Kedokteran kronis atau chronic berarti menahun. Istilah kronis sebagai pemaparan berulang – ulang engan masa tunda yang lama dari pemaparan pertama sampai timbulnya gejala penyakit.
Keadaan ini tidak mudah untuk dideteksi, hal ini dikarenakan dosis paparan yang sangat rendah sehingga tidak langsung memberi efek atau gejala pada kesehatan pekerja. Namun demikian hal ini akan sangat membahayakan apabila paparan bahan kimia terjadi secara kontinu yang nantinya bahan kimia tersebut akan terakumulasi dalam tubuh manusia. Gejala akan timbul pada saat jumlah atau kadar yang berada dalam tubuh sangat besar sehingga tubuh tidak mampu menanggung beban pemaparan tersebut.
Sebagai contoh dari peristiwa kejadian efek kronis akibat paparan bahan kimia berbahaya adalah seperti yang terjadi pada kasus Minamata di Jepang. Gejala yang terjadi adalah hampir semua nelayan di sekitar Teluk Minamata mengalami penyakit aneh dimana mereka tidak bisa mengontrol gerak tubuh mereka. Setelah diusut ternyata hal ini terkait dengan ikan yang mereka konsumsi selama ini, dimana setelah diteliti ternyata dalam ikan tersebut mengandung bahan kimia Hg dalam jumlah kecil. Karena sering mengkonsumsi ikan yang telah tercemar oleh Hg maka lama kelamaan Hg tersebut terakumulasi dalam tubuh masyarakat Teluk Minamata hingga akhirnya tubuh mereka tidak sanggup menerima beban tersebut.
Efek kronis sulit untuk ditanggulangi karena dampak yang ditimbulkan sulit untuk diamati. Hal ini perlu penanganan serius dari pihak perusahaan untuk mengendalikan factor – factor resiko yang mungkin akan menyebabkan efek kronis pada manusia.



C. Perbedaan Antara Efek Akut Dengan Efek Kronis
Perbedaan yang dapat penulis kemukaan dapat dilihat pada table berikut :
Aspek Efek Akut Efek Kronis
Waktu paparan Singkat Lama
Dosis paparan Sangat tinggi Rendah
Gejala Dapat langsung dilihat Sulit untuk diamati
Kondisis dalam tubuh Hanya sementara Terakumulasi dalam tubuh
Selain itu keadaan penyakit dalam tubuh manusia pada efek akut cepat terlihat gejalanya, sehingga cepat juga dalam penolongan kesehatan yang nantinya kesehatan korban dapat cepat pulih. Sedangkan pada kondisi penyakit karena efek kronis, gejala awal yang timbul sangat lama dari pemaparan pertama sehingga untuk pengobatan bagi korban akan terjadi keterlambatan yang akan mengakibatkan penyakit tersebut lebih bertahan lama dalam tubuh manusia sampai menahun bahkan sampai tidak bisa sembuh.















BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Menurut KBBI, akut diartikan “timbul secara mendadak dan cepat memburuk”. Sedangkan kronis dalam KBBI berarti “berjangkit terus dalam waktu yang lama menahun dan tidak sembuh – sembuh”.
Dari pengertian di atas terdapat perbedaan yang dapat kita peroleh seperti table berikut :
Aspek Efek Akut Efek Kronis
Waktu paparan Singkat Lama
Dosis paparan Sangat tinggi Rendah
Gejala Dapat langsung dilihat Sulit untuk diamati
Kondisis dalam tubuh Hanya sementara Terakumulasi dalam tubuh

B. Saran
• Pihak perusahaan dan pekerja harus selalu waspada akan terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan efek akut ataupun kronis.
• Hendaknya selalu dilakukan monitoring terhadap bahan kimia yang mungkin dapat menjadi factor resiko.











DAFTAR PUSTAKA

. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke II cetakan ke-4 tahun 1995.
Ramali, Med. Ahmad dkk. 1997. Kamus Kedokteran. Jakarta : Penerbit Djambatan.