halaman pertama

Rabu, 29 September 2010

TB PARU

BAB IRata Penuh
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.
Di Indonesia khususnya, Penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru diantaranya 140.000 menyebabkan kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara terbesar ketiga didunia dalam masalah penyakit TBC ini.
Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit TB Paru
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit TB Paru
3. Untuk mengetahui distribusi dan reservoir penyakit TB Paru
4. Untuk mengetahui cara penularan penyakit TB Paru
5. Untuk mengetahui masa inkubasi penyakit TB Paru
6. Untuk mengetahui masa penularan penyakit TB Paru
7. Untuk mengetahui kerentanan dan kekebalan penyakit TB Paru
8. Untuk mengetahui cara pemberantasan atau pencegahan penyakit TB Paru
9. Untuk mengetahui cara pengobatan dan pemerikasaan penunjang



C. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi tentang penyakit TB Paru kepada masyarakat agar mengerti tentang bahaya penyakit TB Paru sehingga dapat melakukan pencegahan secara mandiri.
2. Bagi Institusi
Menambah bahan kepustakaan pada institusi sehingga akan menjadi alernativ referensi buku bacaan.
3. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam menulis ilmiah serta menambah wawasan pengetahuan tentang penyakit TB Paru





















BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyakit TB Paru
TB paru atau Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan olek Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru - paru. Selain itu, TBC dapat juga menyerang kulit, kelenjar limfe, tulang, dan selaput otak. TBC menular melalui droplet infeksius yang terinhalasi oleh orang sehat. Pada sedikit kasus, TBC juga ditularkan melalui susu. Pada keadaan yang terakhir ini, bakteri yang berperan adalah Mycobacterium bovis.
TBC dalam hal ini TB paru merupakan salah satu penyakit yang sangat infeksius. Seorang penderita TB paru dapat menularkan penyakit kepada 10 orang disekitarnya. Menurut WHO sendiri saat ini sudah sekitar 1/3 penduduk dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Kabar baiknya tidak semua orang yang terinfeksi akan menderita TB paru, namun bukan berarti orang tersebut tidak dapat menularkan penyakit TB paru.
Penderita TBC akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti batuk berdahak kronis, demam subfebril, berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak napas, nyeri dada, dan penurunan nafsu makan. Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas penderita bahkan kematian.
a. Gejala Umum :
o Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih
b. Gejala lain yang sering dijumpai :
o Dahak bercampur darah
o Batuk darah
o Sesak nafas dan rasa nyeri dada
o Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari satu bulan.
Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit paru selain TBC. Oleh sebab itu orang yang datang dengan gejala diatas harus dianggap sebagai seorang “suspek tuberkulosis” atau tersangka penderita TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Selain itu, semua kontak penderita TB Paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.

B. Penyebab Penyakit TB Paru
Penyakit TB paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).
Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat dorman selama beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari penderita TB BTA positif kepada orang yang berada disekitarnya, terutama yang kontak erat.

C. Distribusi dan Reservoir Penyakit TB Paru
Penyakit TB paru tersebar di seluruh dunia. Pada awalnya di negara industri, penyakit tuberkulosis menunjukan kecenderungan yang menurun baik mortalitas maupun morbiditas. Namun di akhir tahun 1980an jumlah kasusnya meningkat di daerah yang prevalensi HIV-nya tinggi dan di daerah yang dihuni oleh pendatang yang berasal dari daerah yang prevalensi TB tinggi. Mortalitas dan morbiditas meningkat sesuai dengan umur, pada orang dewasa lebih tinggi pada laki – laki.
Sedangkan pada umumnya manusia adalah sebagai reservoir dari bakteri penyebab penyakit TB paru. Jarang sekali ditemukan Micobacterium tuberculosis di binatang.
D. Cara Penularan Penyakit TB Paru
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.



Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

E. Masa Inkubasi Penyakit TB Paru
Mulai saat masuknya bibit penyakit sampai tmbulnya gejala adanya lesi primer atau reaksi tes tuberculin positif kira – memakan waktu 2 – 10 minggu. Resio menjadi TB pau atau TB ekstrapulmoner progesif setelah infeksi primer biasanya terjadi pada tahun pertama dan kedua. Infeksi laten dapat berlangsung seumur hidup. Infeksi HIV dapat meningkatkan resiko terhadap infeksi TB dan memperpendek masa inkubasi.

F. Masa Penularan Penyakit TB Paru
Secara teoritis penderita tetap menularkan penyakit ini sepanjang ditemukan basil TB di dalam sputum mereka. Penyakit yang tidak diobati atau yang diobati tidak sempurna pada dahaknya mengandung basil TB selama bertahun – tahun. Tingkat penularan sangat bergantung pada hal – hala sebagai berikut
1. Jumlah basil TB yang dikeluarkan
2. Virulensi dari basil TB
3. Terpajannya basil TB dengan sinar ultraviolet.
4. Terjadinya aerosolisasi pada saat batuk, bersin, bicara atau pada saat bernanyi.
5. Tindakan medis dengan resiko tinggi seperti pada waktu otopsi, intubasi atau pada waktu melakukan bronkoskopi.
Pemberian OAT yang efektif mencegah terjadinya penularan dalam beberapa minggu paling tidak dalam lingkungan rumah tangga. Anak-anak dengan TB primer biasanya tidak menular.

G. Kerentanan dan Kekebalan Penyakit TB Paru
Risiko terinfeksi dengan basil TB berhubungan langsung dengan tingkat pajanan dan tidak ada hubungan dengan faktor keturunan atau faktor lainnya pada penjamu. Periode yang paling kritis timbulanya gejala klinis adalah 6-12 bulan setelah infeksi. Resiko untuk menjadi sakit paling tinggi adalah usia dibawah 3 tahun dan paling rendah pada usia akhir masa kanak-kanak dan resiko meningkat lagi pada usia adolesen dan dewasa muda serta usia tua pada penderita dengan kelainan sistem imunitas. Reaktifasi dari infeksi laten yang berlangsung lama sebagian besar terjadi pada penderiat TB lebih tua. Untuk mereka yang terinfeksi oleh basil TB kemungkinan menjadi TB klinis pada penderita HIV/AIDS, mereka dengan kelainan sistem imunitas, mereka dengan berat badan rendah dan kekurangan gizi, penderita dengan penyakit kronis seperti gagal ginjal kronis, penderita kanker, silikosis, diabetes, postgastrektomi, pemakaian NAPZA. Orang dewasa dengan TB laten yang juga disertai dengan infeksi HIV kemungkinan untuk menderita TB klinis selama hidupnya berkisar antara 10% sampai dengan 60-80%.

H. Cara Pemberantasan atau Pencegahan Penyakit TB Paru
Berikut adalah cara pencegahan penyakit TB Paru.
• Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak anak masih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.
• Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi penularan.
• Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak
• Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.
• Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.
• Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.
I. Cara Perawatan dan Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium)
Obat untuk TBC berbentuk paket selama 6 bulan yang harus dimakan setiap hari tanpa terputus. Bila penderita berhenti ditengah pengobatan maka pengobatan harus diulang lagi dari awal, untuk itu maka dikenal istilah PMO (pengawas minum obat) yaitu adannya orang lain yang dikenal baik oleh penderita maupun petugas kesehatan (biasanya keluarga pasien) yang bertugas untuk menngawasi dan memastikan penderita meminum obatnya secara teratur setiap hari. Pada 2 bulan pertama obat diminum setiap hari sedangkan pada 4 bulan berikutnya obat diminum selang sehari. Regimen yang ada antara lain : INH, Pirazinamid, Rifampicin, Ethambutol, Streptomisin.
Yang dapat dilakukan:
• Konsultasi ke dokter.
• Minumlah obat anti tuberkulosa, sesuai nasihat dokter secara teratur, dan jangan menghentikan pengobatan tanpa sepengetahuan dokter, karena kan mendorong kuman jadi kebal terhadap pengobatan anti tuberkulosa. Biasanya penyembuhan paling cepat sekitar 6-9 bulan kalau minum obat secara teratur.
• Makanlah makanan bergizi.
• Menyederhanakan cara hidup sehari-hari agar tidak menyebabkan stres dan banyak istirahat terutama di tempat berventilasi baik.
• Menghentikan merokok, bila anda perokok.
Tindakan dokter terhadap penderita
• Memastikan diagnosa melalui pemeriksaan dahak, pemeriksaan rontgen dada atau pada temapat lain yang disesuaikan keperluan, pemeriksaan darah dan kadar gula darah.
• Memberi resep obat-obat anti TB.
• Menganjurkan anda untuk masuk rumah sakit bila dipandang perlu, dengan tujuan memulihkan kesehatan dan istirahat, agar melampaui saat gawat selesai.
• Melakukan operasi
Pemeriksaan Penunjang
• Tuberculin skin testing
Dilakukan dengan menginjeksikan secara intracutaneous 0.1ml Tween-stabilized liquid PPD pada bagian punggung atau dorsal dari lengan bawah. Dalam wkatu 48 – 72 jama, area yang menonjol (indurasi), bukan eritema, diukur. Ukuran tes Mantoux ini sebesar 5mm diinterpretasikan positif pada kasus-kasus :
1. Individu yang memiliki atau dicurigai terinfeksi HIV
2. Memiliki kontak yang erat dengan penderita TBC yang infeksius
3. Individu dengan rontgen dada yang abnormal yang mengindikasikan gambaran proses penyembuhan TBC yang lama, yang sebelumnya tidak mendpatkan terapo OAT yang adekuat
4. Individu yang menggunakan Narkoba dan status HIV-ny tidak diketahui
Sedangkan ukuran 10mm uji tuberculin, dianggap positif biasanya pada kasus-kasus seperti :
1. Individu dengan kondisi kesehatan tertentu, kecuali penderita HIV
2. Individu yang menggunakan Narkoba (jika status HIV-ny negative)
3. Tidak mendapatkan pelayanan kesehatan, populasi denganpendapatan yang rendah, termasuk kelompok ras dan etnik yang beresiko tinggi
4. Penderita yang lama mondokdirumah sakit
5. Anak kecil yang berusi kurang dari 4 tahun
Uji ini sekarang sudah tidak dianjurkan dipakai,karena uji ini haya menunjukkan ada tidaknya antibodi anti TBC pada seseorang, sedangkan menurut penelitian, 80% penduduk indosia sudah pernah terpapar intigen TBC, walaupun tidak bermanifestasi, sehingga akan banyak memberikan false positif.
• Pemeriksaan radiologis
1. Adanya infeksi primer digambarkan dengan nodul terkalsifikasi pada bagian perifer paru dengan kalsifikasi dari limfe nodus hilus
2. Sedangkan proses reaktifasi TB akan memberikan gambaran :
a) Nekrosis
b) Cavitasi (terutama tampak pada foto posisi apical lordotik)
c) Fibrosis dan retraksi region hilus
d) Bronchopneumonia
e) Infiltrate interstitial
f) Pola milier
g) Gambaran diatas juga merupakan gambaran dari TB primer lanjut
3. TB pleurisy, memberikan gambaran efusi pleura yang biasanya terjadi secara massif
4. Aktivitas dari kuman TB tidak bisa hanya ditegakkan hanya dengan 1 kali pemeriksaan rontgen dada, tapi harus dilakukan serial rontgen dada. Tidak hanya melihat apakah penyakit tersebut dalam proses progesi atau regresi.
• Pemeriksaan darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang-kadang meragukan, tidak sensitif, tidak juga spesifik. Pada saat TB baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih dibwah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Jika penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal, dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi. Bisa juga didapatkan anemia ringan dengan gambaran normokron dan normositer, gama globulin meningkat dan kadar natrium darah menurun.
• Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting, karena dengan ditemukannnya kuman BA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Kriteria BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan.


BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. TB paru atau Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan olek Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru – paru.
2. Penyebab penyakit TB paru adalah Mycobacterium tuberculosis yang berbentuk basil dan memiliki sifat tahan asam.
3. Penyakit TB Paru tersebar hampir diseluruh dunia, sedangkan reservoir dari penyakit ini adalah manusia.
4. Cara penularan penyakit TB Paru adalah melalui udara yang tercemar oleh Micobacterium tuberculosis yang keluar saat penderita TB Paru batuk.
5. Masa inkubasi TB Paru di mulai saat masuknya bibit penyakit sampai tmbulnya gejala adanya lesi primer atau reaksi tes tuberculin positif kira – memakan waktu 2 – 10 minggu.
6. Secara teoritis seseorang yang telah terinfeksi mycobacterium tuberculosis akan terus menularkan penyakit TB Paru selama masih ditemukan sputum pada darah penderita.
7. Oarng yang paling rentan adalah pada anak usia dibawah 3 tahun serta pada usia adolesen dan dewasa muda serta usia tua pada penderita dengan kelainan sistem imunitas.
8. Cara pemberantasan dan pencegahan yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan cara imunisasi BCG serta dengan tekun melakukan PMO.
9. Cara penobatan dalah dengan rutin mengkonsumsi antibiotik yang telah diberikan oleh dokter. Sedangkan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain tes tuberkulin, pemeriksaan sputum, tes darah dan pemeriksaan radiologis.


B. Saran
1. Hendaknya seorang yang baru lahir langsung diberikan vaksin BCG guna memberikan kekebalan terhadap penyakit TB Paru.
2. Seseorang yang telah terinfeksi agent hendaknya selalu memeriksakan diri dan tidak berhenti untuk meminum obat sampai habis.
3. Jaga lingkungan terutama rumah agar selalu bersih dan sinar matahari agar agent TB paru mati, hal ini dikarenakan Mycobacterium tuberculosis akan cepat mati setelah terpapar sinar UV walaupun sebentar.























DAFTAR PUSTAKA
kapita selekta kedokteran edisi III, media aesculapius, jakarta, 2000
http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan/264-tuberculosis-paru-tb-paru.html (11 sep 2010 sabtu 19.47)
Chin, James. 2006. MANUAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR. Jakarta : Info Medika.

Selasa, 29 Juni 2010

ARGENTINA vs JERMAN

Merupakan duel ulangan piala dunia 2006 di Jerman. Banyak orang bilang ini adalah final kepagian, dan memang benar soalnya kedua tim adalah favorit juara ditanah Afrika Selatan.
kedua tim memiliki team yang sama bagusnya, namun siapa yang lebih beruntung dapat kita simak di layar kaca RCTI pukul 21.00 wib pada hari sabtu 3 Juli 2010.
Jerman memiliki pemain - pemain muda yang sudah teruji dan ingin menunjukan kebolehannya ke seluruh dunia. Fisik mereka serta semangat ala bavarian adalah modal yang bagus. Namun bukan berarti mereka tanpa kekurangan, minimnya pemain yang menjadi motivator semisal Ballack serta ketidak stabilan mereka dapat menjadi celah.
Argentina adalah tim yang bagus, mereka memiliki barisan depan yang mematikan serta penguasa lapangan tengah yang baik. Messi adalah otak penerus serangan yang di banguna oleh veron sedang Higuain dan tevez adalah penyelesai yang baik. Namun fisik mereka kurang baik apabila dibandingkan dengan Jerman serta barisan bek yang belum teruji dapat menjdai celah.
So, siapa yang lebih unggul kita nantikan saja

Kamis, 17 Juni 2010

Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah suatu yang mutlak adanya disetiap industri. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi para pekerja dari gangguan atau resiko kerja yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja yang memungkinkan terjadinya penyakit akibat kerja.

Sabtu, 13 Maret 2010

MAKALAH HYPERKES
PENGERTIAN DAN PERBEDAAN ANTARA
EFEK AKUT DENGAN EFEK KRONIS








Disusun Oleh :
AKHMAD WINDARTO P17433108004

DEPARTEMEN KESEHATAN RI
POLTEKKES DEPKES SEMARANG
JURUSAN KESHETAN LINGKUNGAN
PURWOKERTO
2010
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kami ucapkan atas rahmat dan kasih sayang Nya yang telah memberikan segala kenikmatan sehingga terselesaikannya makalah ini. Shalawat serta salam juga tidak lupa selalu tercurah kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, semoga kelak kita mendapatkan safa’at Beliau dihari kiamta nanti.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang tururt membantu dalam penulisan makalah ini. Selain dari itu semoga makalah ini bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan kepada para pembaca pada umumnya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak lah sempurna. Demi kemajuan pada penulisan yang akan datang maka penulis sangat berkenan apabila ada kritik dan saran dari para pembaca.
Terimakasih.



Penulis






DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………. 1
B. Tujuan……………………………………………………….. 2
C. Manfaat…………………………………................................ 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Efek Akut. ...............................................……..... 3
B. Pengertian Efek Kronis….………………………….……..… 4
C. Perbedaan Efek Akut dengan
Efek Kronis…………………………………………………. 5
BAB III : PENUTUP
A. Simpulan……………………………………………………. 6
B. Saran…………………………………………………...…… 6
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan sebagai mahluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Memiliki kelebihan akal dan juga hati nurani untuk menentukan apa yang akan diperbuat. Bumi dan alam raya beserta isinya telah diberikan secara nyata oleh Allah kepada manusia demi memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tidak ada yang kurang kecuali pada sifat tamak dan rakus.
Selain diberi untuk kehidupan manusia, bumi ini juga merupakan titipan yang harus diolah, dirawat dan dijaga keseimbangannya sehingga manfaatnya akan terus dapat dirasakan secara berkesinambungan. Dalam mengelola bumi ini manusia diberikan kebebasan seluas-luasnya tapi harus dengan kendali. Salah satu cara manusia memanfaatkan bumi adalah dengan melakukan perindustrian untuk mengolah hasil – hasil bumi demi kesejahteraan manusia.
Dalam kegiatan industri telah dibuat suatu prosedur bagaimana mengoperasikan alat ataupun penggunaan bahan kimia secara benar. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi efek negative dalam lingkungan kerja. Akan tetapi tidak semuanya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, adakalanya terjadi suatu kesalahan baik sengaja ataupun tidak sengaja yang nantinya dapat menimbulkan atau mengakibatkan efek akut ataupun efek kronis.
Apa sich efek akut dan efek kronis? Lalu apa pula perbedaan kedua efek tersebut? Pertanyaan ini sering muncul dalam hal layak umum. Terdapat kerancuan ataupun ketidak tahuan makna sehingga sering terjadi kesalahan persepsi dan cara pandang. Untuk itu makalah ini disusun dengan maksud untuk memeberikan pemahaman tentang efek akut dan kronis serta perbedaan keduanya terutama dalam bidang kesehatan. Semoga penjelasan pada bab – bab selanjutunya dapat menjawab pertanyaan diatas.

B. Tujuan
• Untuk mengetahui pengertian efek akut.
• Untuk mengetahui pengertian efek kronis.
• Unutk mengetahui perbedaan antara efek akut dengan efek kronis.
C. Manfaat
• Mengetahui pengertian efek akut.
• Mengetahui pengertian efek kronis.
• Mengetahui perbedaan antara efek akut dengan efek kronis.
























BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Efek Akut
Menurut KBBI, akut diartikan “timbul secara mendadak dan cepat memburuk”. Sementara itu dalam kamus kedokteran akut berasal dari bahasa Inggris “acute’ dan dalam bahasa Latin “acutus” yang berarti mendadak atau penyakit yang dating secara mendadak dan berkelanjutan singkat serta gawat.
Jadi bila kita merujuk dari pengertian di atas akut dapat diartikan sebagai kondisi atau keadaan berupa penyakit yang datang secara mendadak yang diakibatkan zat kimia berbahaya, mikroba pathogen ataupun bahan racun yang memapar tubuh manusia dan langsung mencapai organ – organ vital ataupun system – system pada tubuh manusia.
Keadaan akut dapat terjadi karena adanya paparan suatu bahan kimia berbahaya baik itu melalui jalan makanan, pernapasan ataupun kontak tubuh dengan dosis yang sangat tinggi sehingga tubuh tidak sanggung menanggung beban pemaparan yang terjadi. Untuk dapat menimbulkan keadaan akut suatu bahan kimia yang memapar tubuh manusia tidak memerlukan intensitas ataupun frekuensi yang banyak, hanya dengan satu kali pemaparan dapat mengakibatkan keadaan timbulnya gejala penyakit ataupun gejala medis lainnya.
Meskipun efek akut dapat langsung menimbulkan gejala pada tenaga kerja dan terkadang membahayakan (keracunan, pingsan bahakan kematian), namun hal ini dapat menjadi keunggulan karena bila ada satu orang yang terjadi penyakit akut akibat kerja, maka pihak perusahaan dapat dengan segera mencegah meluasnya penyebab kejadian akut tersebut sehingga banyak jiwa yang tertolong.




B. Pengertian Efek Kronis
Kata kronis dalam KBBI berarti “berjangkit terus dalam waktu yang lama menahun dan tidak sembuh – sembuh”. sementara dalam kamus Kedokteran kronis atau chronic berarti menahun. Istilah kronis sebagai pemaparan berulang – ulang engan masa tunda yang lama dari pemaparan pertama sampai timbulnya gejala penyakit.
Keadaan ini tidak mudah untuk dideteksi, hal ini dikarenakan dosis paparan yang sangat rendah sehingga tidak langsung memberi efek atau gejala pada kesehatan pekerja. Namun demikian hal ini akan sangat membahayakan apabila paparan bahan kimia terjadi secara kontinu yang nantinya bahan kimia tersebut akan terakumulasi dalam tubuh manusia. Gejala akan timbul pada saat jumlah atau kadar yang berada dalam tubuh sangat besar sehingga tubuh tidak mampu menanggung beban pemaparan tersebut.
Sebagai contoh dari peristiwa kejadian efek kronis akibat paparan bahan kimia berbahaya adalah seperti yang terjadi pada kasus Minamata di Jepang. Gejala yang terjadi adalah hampir semua nelayan di sekitar Teluk Minamata mengalami penyakit aneh dimana mereka tidak bisa mengontrol gerak tubuh mereka. Setelah diusut ternyata hal ini terkait dengan ikan yang mereka konsumsi selama ini, dimana setelah diteliti ternyata dalam ikan tersebut mengandung bahan kimia Hg dalam jumlah kecil. Karena sering mengkonsumsi ikan yang telah tercemar oleh Hg maka lama kelamaan Hg tersebut terakumulasi dalam tubuh masyarakat Teluk Minamata hingga akhirnya tubuh mereka tidak sanggup menerima beban tersebut.
Efek kronis sulit untuk ditanggulangi karena dampak yang ditimbulkan sulit untuk diamati. Hal ini perlu penanganan serius dari pihak perusahaan untuk mengendalikan factor – factor resiko yang mungkin akan menyebabkan efek kronis pada manusia.



C. Perbedaan Antara Efek Akut Dengan Efek Kronis
Perbedaan yang dapat penulis kemukaan dapat dilihat pada table berikut :
Aspek Efek Akut Efek Kronis
Waktu paparan Singkat Lama
Dosis paparan Sangat tinggi Rendah
Gejala Dapat langsung dilihat Sulit untuk diamati
Kondisis dalam tubuh Hanya sementara Terakumulasi dalam tubuh
Selain itu keadaan penyakit dalam tubuh manusia pada efek akut cepat terlihat gejalanya, sehingga cepat juga dalam penolongan kesehatan yang nantinya kesehatan korban dapat cepat pulih. Sedangkan pada kondisi penyakit karena efek kronis, gejala awal yang timbul sangat lama dari pemaparan pertama sehingga untuk pengobatan bagi korban akan terjadi keterlambatan yang akan mengakibatkan penyakit tersebut lebih bertahan lama dalam tubuh manusia sampai menahun bahkan sampai tidak bisa sembuh.















BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Menurut KBBI, akut diartikan “timbul secara mendadak dan cepat memburuk”. Sedangkan kronis dalam KBBI berarti “berjangkit terus dalam waktu yang lama menahun dan tidak sembuh – sembuh”.
Dari pengertian di atas terdapat perbedaan yang dapat kita peroleh seperti table berikut :
Aspek Efek Akut Efek Kronis
Waktu paparan Singkat Lama
Dosis paparan Sangat tinggi Rendah
Gejala Dapat langsung dilihat Sulit untuk diamati
Kondisis dalam tubuh Hanya sementara Terakumulasi dalam tubuh

B. Saran
• Pihak perusahaan dan pekerja harus selalu waspada akan terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan efek akut ataupun kronis.
• Hendaknya selalu dilakukan monitoring terhadap bahan kimia yang mungkin dapat menjadi factor resiko.











DAFTAR PUSTAKA

. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke II cetakan ke-4 tahun 1995.
Ramali, Med. Ahmad dkk. 1997. Kamus Kedokteran. Jakarta : Penerbit Djambatan.

Minggu, 13 Desember 2009

makalah monitoring pestesida

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Monitoring adalah upaya pemantauan menggunakan eksperimen tertentu secara sistematis. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui dampak dari suatu bahan kimia berbahaya sehingga dapat dilakukan upaya pengamanan bahan tersebut yang berpotensi untuk merugikan kehidupan manusia dan lingkungan secara luas atau meminimalisir dampak dari bahan kimia tersebut. Perlunya monitoring dikarenakan penggunaan bahan kimia tidak dapat ditolak oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis memilih membahas tentang monitoring bahan kimia berbahaya yang terdapat pada daerah pertanian dikarenakan pada saat ini kebutuhan akan pangan terus meningkat pesat akibat laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali. Kebutuhan akan pangan yang meningkat akan menuntut permintaan hasil panen yang lebih dari pada biasanya. Untuk mendukung hal tersebut para petani mengupayakan berbagai cara agar produksi panen mereka semakin meningkat.
Sadar akan perlunya peningkatan jumlah produksi panen, para petani mencoba mengalihkan cara konvensional yang selama ini mereka anut menuju cara yang lebih modern baik dari segi tehnik maupun tehnologi. Penggunaan bahan kimia pun mereka lakukan demi mencapai hasil produksi panen yang melimpah tanpa mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat pemakaian bahan kimia tersebut. Adapun bahan kimia yang sering digunakan adalah pestisida untuk mengendalikan hama dan pupuk kimia untuk menyuburkan lahan pertanian yang diharapkan akan mengingkatkan produksi panen mereka.
Melihat dari hal ini penulis memillih monitoring penggunaan bahan kimia dalam bidang pertanian karena bidang pertanian sangat dekat dengan kehidupan masyarakat secara luas dan lingkungan yang nantinya akan memberikan efek negative terhadap kelangsungan hidup dan kelestarian lingkungan.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui dampak dari penggunaan bahan kimia di biedang pertanian yang berlebihan.
2. Untuk dapat meminimalisir dampak berbahaya dari penggunaan bahan kimia di bidang petanian secara berlebihan.
C. Manfaat
1. Dapat mengetahui dampak dari penggunaan bahan kimia di biedang pertanian yang berlebihan
2. Mengetahui cara mengontrol penggunaan bahan kimia di bidang pertanian serta mencegah timbulnya dampak negative dari penggunaan bahan kimia tersebut.





















BAB II
PEMBAHASAN
A. Potensi Bahaya yang Berasal dari Pertanian
Akhir-akhir ini permintaan akan kebutuhan pangan semakin meningkat dikarenakan semakin pesatnya laju pertumbuhan penduduk di dunia dan khususnya di Indonesia. Peningkatan permintaan prerlu diimbangi dengan peningkatan produksi pangan itu sendiri yang nantinya akan mendorong para petani untuk melakukan berbagai cara untuk meningkatkan produksi panen mereka.
Demi mencapai tujuan ini para petani mencoba untuk menibnggalkan metode konvensional yang telah lam mereka anut untuk beralih ke metode yang modern yang mereka percaya akan memberikan hasil yang lebih signifikan dari cara yang selama ini mereka anut. Hal ini sah-sah saja mengingat jumlah permintaan pangan yang semakin meningkat sehingga diperlukan suatu cara baru yang mampu menjawab permintaan tersebut. Perubahan besar pun terjadi baik dari segi tehnik maupun teknologi. Penggunaan bahan organic mereka tinggalkan karena dianggap tidak member hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, maka beralihlah meraka menggunakan bahan-bahan kimia untuk menunjang peningkatan produksi panen mereka.
Penggunaan bahan kimia seperti pestisida dan pupuk kimia sudah tidak asing lagi pada zaman ini, hal ini dikarenakan para petani percaya dengan menggunakan pestisida dan pupuk kimia akan menghindarkan tanaman dari hama dan akan meningkatkan hasil produksi panen. Namun seiring berjalanya waktu mulailah terasa dampak yang tidak diinginkan akibat dari pemakaian pestisida dan pupuk kimia baik oleh manusia ataupun oleh lingkungan.
Menelusuri kembali dampak negative akibat penggunaan pestisida dan pupuk kimia dimulai dari para petani kita yang selalu tidak sabar dan tidak puas dengan hasil yang diperoleh. Mereka dengan sendirinya meningkatkan dosis pemakaian untuk melihat lebih cepat dan lebih nyata dari metode yang mereka percayai akan meningkatkan hasil produksi mereka. Dan hasilnya pun produksi panen mereka meningkat drastic melebihi dari yang selama ini mereka peroleh. Tapi mereka tidak sadar ada bahaya yang sedang mengancam dibalik hasil panen yang mereka peroleh.
Adanya peningkatan konsentrasi bahan kimia yang terakumulasi dalam lingkungan dan tubuh manusia akan mengakibatkan perubahan-perubahan besar yang dapat mengancam kehidupan manusia dan kelestarian lingkungan secara luas.
B. Gambaran Umum Bahan Kimia yang Digunakan Di Bidang Pertanian (Pestisida dan Pupuk Kimia)
a. Pestisida
Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau tepatnya mengendalikan berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida yang berarti pembunuh. Jadi secara sederhana pestisida diartikan bahan atau zat pembunh hama. Yang dimaksud hama bagi petani adalah sangat luas, yaitu tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteri dan virus, kemudian nematode (cacing yang merusak akar), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan (Subiyakto Sudarmo). Pestisida secara luas diartikan sebagai suatu zat yang bersifat racun, menghambat pertumbuhan atau perkembangan, tingkah laku, bertelur, perkembang biakan, mempengaruhi hormon, penghambat makan, membuat mandul, sebagai pemikat, penolak dan aktivitas lainnya yang mempengaruhi hama.
Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan hama-hama dalam dunia pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk menegandalikan vector dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan.
Menurut PP No. 7 tahun 1973, yang dimaksud pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :
• Memberantas atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil pertanian.
• Memberantas gulma (tanaman pengganggu).
• Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan.
• Mengatur atau merangsang peertumbuhan taanaman atau bagian tanman kecuali yang tegolong pupuk.
• Memberantas atau mencegah hama luar pada ternaka dan hewan piaraan.
• Memberantas atau mencegah hama air.
• Memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah tangga, bangunan, alat angkutan dan alat pertanian.
• Memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau bunatang yang dilindungi, dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.
Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan berdasarkan fungsi dan asal katanya, diantaranya :
• Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu. Akarisida sering disebut juga mitesida berfungsi untuk membunuh tungau atau kutu. Conthnya Kelthene MF dan Trithion 4 E.
• Bakterisida, berfungsi untuk membunuh bakteri. Contohnya Tetracyclin, Streptomycin, Bacitin.
• Fungisida, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
• Rodentisida, digunakan untuk membunuh binatang pengerat separti tikus.
• Herbisida, berfungsi untuk membasmi gulma (tanaman pengganggu)
• Insektisda, diartikan zat atau bahan yang berfungsi untuk membunuh atau mengendalikan serangga.


b. Pupuk kimia
Pupuk kimia merupakan bahan sintesis yang dipergukana untuk menyuburkan tanah dengan memasukan mineral-mineral yang diperlukan oleh tumbuhan.
Saat ini penggunaan pupuk kimia sangat marak dan masih digemari oleh para petani karena proses yang cepat dalam pertumbuhan tanaman yang akan berimbas pada meningkatnya hasil produksi panen mereka. Sleian itu dengan pemakaian pupuk kimia masa panen mereka selam setahun dapat menjadi lebih banyak dikarenakan proses pertumbuhan yang berjalan lebih cepat. Adapun meineral-mineral yang dimasukkan atau sebagai tambahan anatara lain N, P, K, UREA dan lain-lain.
C. Monitoring Bahan Kimia yang Digunakan Di Bidang Pertanian
Monitoring adalah suatu pemantauan atau pengamatan yang bertujuan untuk mengetahui dampak yang diakibatkan pajanan suatu bahan kimia serta mencari solusi usaha pencegahannya. Monitoring haruslah dilakukan secepat mungkin untuk lebih melindungi manusia dan lingkungan alam agar tidak jatuh sakit dan tercemar.
a. dampak bagi manusia dan lingkungan
Penggunaan pestisida dan pupuk kimia memang dirasa akan meningkatkan produksi panen yang melimpah, namun dibalik semua itu ada berbagai dampak negative yang mengancam kehidupan manusia dan kelestarian alam apabila penggunaannya melebihi batas-batas yang diperbolehkan.
 Dampak bagi manusia antara lain :
• Menyebabkan alergi, peradangan,dan gata-gatal pada kulit.
• Mempengaruhi kerja otak dan syaraf (daya ingat rendah,sulit konsentrasi, kehilangan kesadaran dan koma).
• Merusak fungsi hati atau liver.
• Menurunkan kekebalan tubuh.
• Menyebabkan gangguan kehamilan dan pertumbuhan janin.
• Kemandulan bagi laki-laki kerena spermatozoid.
• Resiko lebih besar terkena kanker yang diakibatkan oleh karsinogen.
 Dampak bagi lingkungan
Penggunaan pestisida dan pupuk kimia secara berlebihan dan melebihi dosis yang telah ditentukan akan memberi efek dampak negative terhadap lingkungan.
Penggunaan pestisida akan menyebar di air, udara dan tanah. Penggunaan pestisida selain membunuh hama juga akan membunuh organism lain yang rentan dan sangat merugikan jika yang mati adalah binatang musuh alami dari hama tersebut. Selain itu apabila penggunaannya tidak benar malah akan menigkatkan kekebalan hama terhadap pestisida. Resurgensi dapat terjadi karena hilangnya musuh alami hama dan juga stimulasi terhadap daya bereproduksi hama. Resurgensi adalah bertambahnya populasi suatu hama pada tingkatan yang lebih besar setelah mengalami penurunan akibat tindakan pemberantasan hama. Di dalam tanah pestisida akan mempengaruhi keberadaan hewan-hewan tanah semisal cacing, belut, mikroorganisme tanah dan lain-lain. Hewan-hewan tersebut akan mati sehingga akan mengurangi proses pembentukan hara dan humus pada tanah yang nantinya akan menyebabkan tanah tersebut tandus. Pada lingkungan air pestisda akan menyebabkan kematian pada biota air yang rentan untuk mati ataupun terakumulasi pada biota air seperti ikan, kerang, siput dan lain-lain yang apabila dikonsumsi oleh manusia kan menimbulkan keracunan.
Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan tidak sesuai dosis yang dianjurkan akan berdamapak bagi buruk terhadap lingkungan. Tanah yang secara terus-menerus mendapat asupan pupuk kimia akan berubah teksturnya menjadi keras dan liat dikarenakan biota tanah mati sehingga proses penggemburan tanah tidak berjalan dengan baik dan akan mengurangi tingkat porositas dari tanah tersebut sehingga unsure hara dan oksigen yang tersedia menjadi sedikit yang akibatnya tanah tersebut tidak baik menjadi lahan pertanian. Selain dari itu pupuk kimia yang ikut masuk dan mengalir dalam badan air akan mencemari biota air. Dalam tubuh biota air zat-zat berbahaya dari pupuk kimia akan terakumulasi yang nantinya bisa juga masuk ke dalam tubuh manusia apabila mengkonsumsi ikan yang telah tercemar tersebut.
b. Exposure of Pathway
Exposure of Pathway adalah jalur atau jalan masuknya bahan kimia mulai dari sumber pencemaran menuju lingkungan yang berakhir pada manusia. Jadi kajian exposure of pathway lebih komplek dari route of exposure karena membahas alur pajanan mulai dari sumber pajanan beserta lika-likunya hingga cara masuknya ke dalam tubuh manusia.
Pestisida dan pupuk kimia dapat mencemari langsung terhadap petani itu sendiri, hal ini dapat terjadi karena petani biasanya kurang waspada dan tidak menggunakan APD semisal masker, sarung tangan, sepatu, kaca mata, baju khusus dan lain-lain. Kebiasaan lainnya adalah pada saat menyemprotkan pestisida, mereka tidak mempoerhatikan arah angina sehingga terkadang mereka akan menyemprotkan pestisida berlawanan dengan arah angin, tindakan ini jelas berbahaya karena pestisida bisa masuk ke saluran pernafasan mata, pencernaan ataupun menempel di kulit.
Penggunaan pestisida dan pupuk kimia tidak efisien 100% terhadap hama dan tanaman, ada sebagian yang terlarut dalam air yang akhirnya akan terbawa aliran air menuju badan air. Di dalam air pestisida dan pupuk kimia akan masuk ke dalam tubuh ikan yang apabila ikan tersebut sangat rentan akan mati sedangkan yang bertahan akan terakumulasi dalam tubuh ikan yang nantinya apabila dikonsumsi oleh manusia maka kandungan pestisida dan pupuk kimia akan berpindah ke tubuh manuisa melalui pencernaan. Selain itu pestisida yang digunakan juga dapat masuk ke dalam jaringan tubuh tanaman yang nantinya juga akan masuk ke dalam tubuh manusia apabila dikonsumsi.
c. Monitoring yang Dilakukan
Usaha monitoring dilakukan untuk mengurangi resiko bahaya residu dari penggunaan zat kimia yang digunakan dalam bidang pertanian. Mengingat bahaya besar yang mungkin maka upaya monitoring hendaknya dilakukan secara berkala dan terpadu.
Pertama yang perlu diamati adalah jenis bahan kimia (pestisida dan pupuk kimia) yang digunakan apakah yang diizinkan dan ramah lingkungan. Selanjutnya adalah mengetahui toksisitas dari bahan kimia yang dipergunakan apakah aman atau berbahaya. Setelah itu mengetahui cara pemakaian apakah sesuai dengan prosedur baik dari cara penggunaan, penyimpanan bahan dan terlebih lagi dosis yang digunakan. Selanjutnya keterangan-keterangan yang diperoleh diolah menjadi data.
Apabila data yang diperoleh menunjukan hasil yang aman untuk manusia dan lingkungan maka penggunaan bahan kimia tersebut boleh diteruskan sambil terus melakukan pengawasan, sedangkan apabila data yang didapat menunjukan bahan kimia tersebut berbahaya maka perlu tindakan pencegahan agar dampak yang diakibatkan dapat diminimalisir.
Penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang berlebihan dapat menimbulkan damapak yang luar biasa terhadap manusia dan lingkungan alam. Untuk mencegah dan meminimalisir dampak tersebut dapat diupayakan beberapa hal :
 Penggunaan pestisida
• Mulai beralihlah menggunkan pestisda organic alam.
• Memilih jenis tanaman unggul yang tahan terhadap penyakit dan serangan hama.
• Gunakan musuh alami dari hama.
• Lakukan prediksi tentang puncak serangan hama yang nantinya untuk mengatur jadwal tanam.
• Gunakan APD saat menggunakan pestida agar mencegah kontak langsung dengan tubuh pekerja.
• Gunakan pestisda sesuai dengan anjuran dosis yang telah ditentukan.



 Penggunaan pupuk kimia
Kembali ke alam yaitu menggunakan kembali pupuk-pupuk organic yang aman terhadap lingkungan. Bisa digunakan kompos ataupun kotoran ternak.
Pada proses awal memang pupuk organic kurang memberikan hasil yang memuaskan, tapi jangan khawatir karena pada proses awal pupuk organic berfungsi untuk mengembalikan tekstur dan struktur tanah yang rusak akibat penggunaan pupuk kimia. Setelah tekstur dan struktur tanah telah kembali kesedia kala maka proses penyerapan unsure hara dan oksigen dalam tanah akan meningkat hal ini akan kembali menyuburkan tanah tersebut.
Setelah semua itu berhasil, monitoring harus terus dilakukan untuk mengatur dan memantau agar para petani tidak menggunakan kembali pupuk kimia yang bisa menimbulkan damapk yang merugikan bagi manusia dan lingkungan alam.

















BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Akhir-akhir ini kebutuhan akan pangan teruslah meningkat seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di dunia. Untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat maka para petani berusaha untuk mengubah cara konvensional yang telah mereka anut dengan mengubahnya menjadi cara modern, diantaranya penggunaan pestisida dan pupuk kimia. Hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil produksi panen yang lebih banyak. Namun di balik semua itu ada bahaya yang mengancam bagi manusia dan lingkungan alam apabila penggunaannya tidak sesuai, maka dari itu diperlukanlah upaya monitoring guna meminimalisir dampak akibat penggunaan pestisda dan pupuk kimia.
Hal-hal yang dapat dilakukan utnuk meminimalisir damapk tersebut adalah dengan :
• Mulai beralihlah menggunkan pestisda organic alam.
• Memilih jenis tanaman unggul yang tahan terhadap penyakit dan serangan hama.
• Gunakan musuh alami dari hama.
• Lakukan prediksi tentang puncak serangan hama yang nantinya untuk mengatur jadwal tanam.
• Kembalilah untuk menggunakan pupuk organic yang lebih ramah lingkungan
B. Saran
a. Bersikap bijaklah terhadap alam yaitu dengan kembali menggunakan bahan-bahan organic untuk meningkatkan produksi panen.
b. Usaha monitoring haruslah dilakukan secara berkelanjutan untuk mencegah dampak negative penggunaan pestisida dan pupuk kimia.


DAFTAR PUSTAKA
Ekha, Isvasta.1993. Dilema Pestisida Tragedi Revolusi Hijau. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Sudarmo, Subiyakto. 1995. Pestisida. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
http://organik-ajaib.blogspot.com/

Kamis, 10 Desember 2009

MAKANAN KADALUWARSA

Kadaluwarsa???

P

engetahuan tentang kadaluwarsa mungkin sudah banyak diketahui oleh masyarakat secara luas. Kalau ditanya orang per orang sebagian besar pastilah tahu apa yang dimaksud dengan kadaluwarsa itu, tetapi alangkah baiknya kita lebih mengulik lagi tentang kadaluwarsa lebih luas dengan pemahaman yang lebih terbuka. Tulisan ini bukan karena sok pinter atau gimana, ini hanya sekedar berbagi pengetahuan saja tentang kadaluwarsa, Apa kegunaan taggal kadaluwarsa (bahasa inggris : expire date) itu? Mengapa harus ada batas waktu tersebut? berapa lama masa laku tanggal kadaluarsa sebuah makanan/minuman? Adakah batas waktu kamu masih bisa mengkonsumsi makanan/minuman sebelum tanggal yang tercantum tiba? bagaimana produk-produk yang telah menunjukan tanda-tanda kadaluwarsa, bahaya makanan yang telah kadaluwarsa bagi kesehatan konsumen ataupun bagaiman cara produsen melindungi konsumen nya dari bahaya produk yang telah kadaluwarsa.

Kadaluwarsa adalah keadaan dimana suatu produk sudah tidak layak lagi untuk dikonsumsi karena beresiko menimbulkan keracunan bagi orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk yang telah kadaluwarsa. Pada produk makanan, minuman, obat-obatan atau apa saja informasi tentang tanggal kadaluwarsa sangatlah penting untuk dicantumkan guna melindungi konsumen dari bahaya keracunan produk kadaluwarsa. Pencantuman tanggal kadaluwarsa kabanyakan ditulis pada kemasan produk tersebut ataupun terkadang pada kardus kemas saja. Biasanya produk-produk yang mencantumkan informasi tentang tanggal kadaluwarsa adalah produk yang berasal dari pabrik atau industry yang memproduksi dalam jumlah besar dan telah didistribusikan secara luas. Namun juga terkadang ada segelintir produsen yang dengan sengaja tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa pada kemasan produk mereka demi keuntungan bias semata.

Keberadaan tanggal kadaluwarsa sering bersama label dari produk tersebut, tercantum dengan tulisan “Best Before” ataupun “Use By”. Lalu apa sebenarnya dengan “Best Before” dan “Use By”, apakah keduanya sama atau memiliki perbedaan?

”Best Before” adalah tanda dimana suatu produk masih layak dikonsumsi meskipun telah melewati batas tanggal yang tertera, hanya saja keadaan produk (makanan) tersebut sudah tidak segar atau tidak sebaik apabila dikonsumsi sebelum tanggal yang tertera. Harap diperhatikana pula untuk menghindari produk telur yang telah melewati tanggal yang telah ditentukan karena mungkin saja mengandung salmonella yang berbahaya bagi kesehatan.

Sedangkan “Use By” adalah keadaan dimana suatu produk (makanan) sudah tidak boleh lagi untuk dikonsumsi. Biasanya produk yang menggunakan “Use By” adalah produk dengan waktu kadaluwarsa yang relative pendek seperti susu hasil pasteurisasi, keju lunak ataupun makanan siap saji.

Penentuan masa kadaluwarsa adalah berdasarkan komponen pembentuk produk. Apakah ada perubahan fisik,bau,rasa ,warna setelah lewat waktu tertentu, juga digunakannya bahan pengawet atau tidak. Produsen yang mengutamakan kualitas, biasanya akan mengurangi penggunaan bahan pengawet. Selain itu ditentukan pula oleh cara mengemas produk tersebut, menjaga kebersihan dan sterilisasi.

Selain itu tanggal kadaluwarsa berlaku apabila produk masih berada dalam kemasan yang tertutup dan belum mengalami kontak dengan lingkungan luar. Apabila suatu kemasan telah dibuka keawetan produk tersebut bergantung dari bagaiman cara kita memperlakukannya dan cara penyimpanannya. Jadi secra otomatis keawetan produk tersebut akan jauh berkurang dibandingkan dengan produk yang masih tersegel dalam kemasan.

Mengkonsumsi makanan yang telah kadaluwarsa tentunya akan menyebabkan gangguan pada kesehatan bagi yang mengkonsusinya. Secara umum tanda-tanda makanan yang telah mengalami kadaluwarasa adalah adanya bau tidak enak, timbulnya jamur/kapang, adanya bubuk putih, pada makanan kaleng terjadi proses rusaknya kaleng tersebut semisal menggembungnya kaleng tersebut dan masih banyak lagi tanda-tanda dari amkanan yang telah kadaluwarsa. Proses kadaluwarsa terjadi karena adanya aktivitas mikrobiologi yang berkembang pada makanan tersebut atau proses fermentasi dari mikroorganisme pathogen tersebut. Proses ini terjadi karena daya tahan makanan tersebut telah berkurang sehingga mikroorganisme dapat hidup dan berkembang.

Gejala keracunan oleh makanan kadaluwarsa pada dasarnya sama saja dengan keracunan makanan pada umumnya seperti mual-mual, pusing, muntah-muntah, diare dan gejala keracunan pada umumnya. Hal yang perlu dilakukan untuk menangani keracunan ini dengan segera melakukan tindakan medis ataupun langsung dibawa ke rumah sakit terdekat agar mendapat pertolongan tim medis.

Karena bahaya dari produk yang telah kadaluwarsa maka setiap produk makanan diwajibkan untuk mencantumkan tanggal kadaluwarsa pada label produk tersebut. Selain untuk memberikan informasi tentang tanggal kadaluwarsa, label juga di maksudkan untuk memberikan informasi tenteang produk tersebut seperti komposisi dari produk tersebut, cara penggunaan, kandungan gizi, isi netto ataupun pabrik penghasil produk tersebut.

Peraturan tentang label pada produk makanan telah tercantum pada PERMENKES RI NO. A 329/MENKES/PER/XII/76 dan NO. 79/MENKES/PER/III/78. Jadi para produsen todak boleh sembarangan dalam memberikan label pada produk makanan mereka selain untuk memenuhi peraturan yang telah ditetapkan hal ini adalah untuk melindungi konsumen dari bahaya keracunan akibat dari makanan yang telah kadaluwarsa dan juga memeberikan informasi yang dibutuhkan oleh konsumen.

Contoh produk dengan label yang lengkap

Contoh produk tanpa label yang lengkap

Selasa, 08 Desember 2009

makalah ekotoksikologi

Pendahuluan
Pembahasan (download)
Penutup
Download video messi (Klik-Disini)